First Case
Sore itu, beberapa hari yang lalu, seperti biasa pulang kantor aku menaiki angkot 01 yang mengatarkan aku ke kosan ku. Saat menaiki angkot, disana ada seorang lelaki kira-kira umur 30an yang duduk tepat disamping pintu masuk mobil. Selama diperjalanan aku merasa dia memperhatikan aku. Cuekin aja!
Hingga akhirnya aku pun sampai ke tujuan, dan ternyata laki-laki itu juga turun saat itu. Setelah turun tiba-tiba dia menyapa ku “Begawe dimano dek? Orang Palembang yo?”. Dengan pede nya laki-laki itu langsung bertanya dalam bahasa Pelembang. Aku kaget mendengarnya. Nih orang tau darimana?pikirku. Aku langsung menjawab “Di kementrian keuangan Pak, Bapak tau darimana saya orang Palembang?”Selidikku. Dengan santai dia menjawab “Dari wajahnya keliatan, saya juga dari Palembang”
Second Case
Pernah ada lagi kejadian yang serupa tapi tak sama. Waktu itu aku baru pindah ke kos baruku dan berkenalan dengan teman yang kamarrya tepat di depan kamarku. Aku memperkenalkan diri aku asal Padang, dan ternyata Mbak Dian (teman baruku itu) asal Palembang. Mendengar dia berasal dari Palembang dengan spontan aku langsung menanggapi dan bilang “Papa ku juga orang Palembang Mbak”. Sambil tersenyum Mbak Dian menjawab “Pantes, aku tadi ga yakin kamu orang Padang, karena dari mukanya keliatan kalo orang Palembang, satu kampung kita.hehe”
Dari kedua kejadian itu aku jadi tertawa sendiri, segitu keliatannya kah dari wajahku?. Tapi sebenarnya aku bangga, artinya aku mirip Papaku. Aku bangga diwarisi wajah ini, my father’s face. Jadi biar aku merasa kalau Papa akan selalu dekat denganku. Aku bangga bisa dikenali sebagai orang Sumatera Selatan, Kabupaten Lahat, Pagaralam, tepatnya Dusun Pandan Arang Ilir. Disanalah Papaku dilahirkan.
Look at the picture below?
Can you see the different or similarity? 🙂