Cerita tentang Sebuah Mimpi (Part 2)

Masalah muncul lagi saat itu, perkiraanku meleset. Walaupun aku sudah mendaftar untuk perkuliahan di kelas malam, ternyata aku malah ditransfer ke kelas pagi. Pihak universitas beralasan kalau yang diterima di kelas malam kuotanya tidak mencukupi, jadi semua mahasiswa kelas malam akan ditransfer ke kelas pagi. Cerita tentang Sebuah Mimpi (Part 1)

Mendengar kabar itu aku merasa benar-benar kecewa. Seakan ingin pasrah, apakah mungkin aku tidak ditakdirkan untuk kuliah, kenapa semua jalan yang sudah aku usahakan tidak ada yang mempermudah jalanku kesana. Sempat  terpikirkan untuk berhenti berusaha, aku menyerah.  Aku tidak akan daftar ulang. Pada saat pengumuman kelulusan dijelaskan bahwa bagi yang tidak melakukan daftar ulang paling lambat satu bulan dari sekarang dianggap mengundurkan diri. Ya, aku mundur saat itu!

Beberapa hari mendekati penutupan pembayaran uang kuliah, tiba-tiba aku terpikirkan untuk menghubungi pihak universitas. Aku berencana untuk mengusulkan penundaan kuliah selama satu semester,  jika  memungkinkan. Saat itu semangat ku muncul lagi, aku belum mau menyerah. Seandainya usulan penundaan kuliah ku diterima, aku akan mencari cara lagi agar aku bisa kuliah di semester selanjutnya.

Akhirnya tepat pada hari terakhir pendaftaran ulang aku datang ke UI untuk mengajukan penundaan kuliah. Seperti mendapat angin segar hari itu, ternyata usulanku diterima. Aku diminta untuk memasukkan usulan secara resmi dengan membuat surat permohonan dan syarat-syarat lainnya. Alhamdulillah, aku membatin. Masih ada jalan.

Karena permohonan penundaan kuliah ku diterima, aku melaksanakan aksi berikutnya. Aku masih punya waktu satu semester untuk memikirkan cara bagaimana aku bisa kuliah semester depan. Dan satu-satunya cara yang aku pikirkan adalah berhenti bekerja di tempatku bekerja saat ini dan mencari pekerjaan baru. Pekerjaan yang tidak terlalu sibuk, sehingga masih memungkinkan untukku melanjutkan kuliah.

Saat itulah aku mulai menjelajahi perusahaan targetku, mulai dari mengunjungi tiap-tiap website perusahaan, mengirimkan email lamaran dan mendaftarkan diri di website pencari kerja. Aku akan berusaha dengan maksimal. Menariknya lagi, aku tetap melamar untuk posisi auditor, dari eksternal auditor menjadi internal auditor. Mungkin waktunya bisa sedikit lebih senggang. Kenapa masih auditor? Coz I love accounting, aku suka menjadi auditor, aku menyukai profesi itu, aku merasa itu lah jiwaku. Makanya aku tidak mau jauh-jauh menyimpang dari auditor.

Di saat-saat masa pencarianku itulah aku mendapatkan informasi dari temanku yang mengabarkan bahwa penerimaan pegawai baru untuk Kementrian Keuangan telah di buka. Awalnya aku cuek. Namun aku ingat sekali, orang tuaku beberapa bulan yang lalu pernah bilang, “Nak, kata kakak Kementrian Keuangan tahun ini akan buka rekrutmen, nanti kalo emang buka ikut ya. Itu peluang yang bagus. Buat apa bertahan lama di swasta, terlalu capek untuk cewek” Saat itu aku masih bertahan dengan egoisme ku. Aku tekankan pada orang tuaku, aku cuma ingin jadi dosen, bukan kerja sebagai PNS yang lain. Namun dengan lembutnya orang tuaku masih terus berusaha membujukku. Akhirnya waktu itu aku mengiyakan. Aku akan mencoba, tidak ada salahnya mencoba. Toh, belum tentu lulus dengan mudah karena persaiangan untuk masuk kesana pun berat.

Mendengar informasi penerimaan itu  aku  lalu menghubungi papa. Dengan antusiasnya papa memintaku untuk segera mendaftar dan melengkapi syarat-syaratnya. Aku pun menurut, karena aku pernah mengiyakan untuk ikut. Akhirnya aku mendaftar dan berkas pendaftaran pun aku kirim. Document sent.

Berkas lamaranku ternyata diterima dan akupun memperoleh kesempatan untuk mengikuti test tahap selanjutnya. Test tahap I adalah Test Kemampuan Dasar. Aku mengikuti test pertama tersebut dengan sungguh-sungguh. Tiga minggu kemudian hasil test pun diumumkan, dan alhamdulillah aku lolos untuk test tahap pertama tersebut menyisihkan ribuan peserta lainnya. Papa begitu antusias mengetahui kalau aku lolos test tahap I tersebut. Papa memintaku untuk lebih serius mengikuti test tahap selanjutnya  yaitu psikotest. Dengan enggan aku menjawab “Iya pa”. Saking antusias dan senangnya papa bilang “Coba tanya kak Nanok (kakak sepupuku) tips nya untuk menghadapi psikotest, karena kakak kan udah punya pengalaman disana”.

Satu hal yang menjadi semangatku yang paling utama ingin lulus adalah Papa. Karena sangat berharap aku lulus, papa pernah bilang “Yuk, kalau ayuk lulus, Papa sembuh”. I will Pa…

Ayuk rindu nasihat n saran papa. Kini ayuk dak tau lagi ndak ngadu kek siapo pa. Dak tau lagi ndak cerito kek siapo kalo ayuk punyo masalah 😥

Sebenarnya saat mengetahui pengumuman itu aku sudah tidak terlalu antusias. Aku tidak terlalu berharap untuk lulus karena pada saat jeda waktu antara pelaksanaan test dan pengumuman hasil seleksi tersebut cukup lama. Di sela-sela waktu itu aku ternyata mendapat panggilan interview kerja di perusahaan lain. Perusahaan yang aku inginkan dengan posisi yang sesuai dengan yang aku inginkan, Internal Auditor. Setelah interview tersebut aku mendapat titik terang.  Perusahaan tersebut tertarik dengan kualifikasi yang aku miliki karena setelah interview pertama itu, satu minggu selanjutnya aku dipanggil lagi untuk mengikuti psikotest.  Setidaknya aku punya harapan. Aku tetap melanjutkan tahapan test di Kementrian Keuangan ini hanya karena papa.

Beberapa minggu berikutnya aku pun mengikuti psikotest dengan ogah-ogahan dan tanpa persiapan apa-apa. Malam sebelum psikotest tersebut, aku masih lembur di kantorku hingga jam 12 malam sementara aku harus berangkat pagi-pagi keesokan harinya untuk mengikuti test. Dan yap, kondisi sudah seperti yang aku bayangkan, selama mengikuti test aku benar-benar ngantuk parah. Test yang  kurang lebih berlangsung selama lima jam itupun berhasil aku lalui dengan pesimis.

Tapi sepertinya dewi fortuna masih berpihak pada ku kali ini. Dengan psikotest yang menurutku kacau balau itu mengantarkan ku untuk mendapatkan kesempatan untuk mengikuti tahapan test terakhir.

Satu minggu setelah pengumuman, aku pun mengikuti test tahap akhir yaitu test kebugaran dan kesehatan dan interview.  Saat akan mengikuti test ini muncul lagi masalah. Seperti apa? Cek di breaking news di akhir tulisan ini ya…

Aku mengikuti test dengan maksimal sesuai kemampuanku. Sebelum test kebugaran aku sedikit melakukan latihan lari sebagai pesiapan agar tidak kaget saat test belangsung. Saat interview aku juga menunjukkan diriku apa adanya, tanpa melebihkan ataupun mengurangi. Aku hanya mencoba untuk tampil jujur apa adanya. Aku tidak perlu menjadi orang lain untuk bisa diterima yang nantinya justru akan merugikan diri sendiri.

Tujuh hari setelah test tahap akhir, hasil test pun diumumkan. Malam tanggal 13 November 2012 aku menunggu pengumuman kelulusan. Detik-detik yang menegangkan. Dalam lubuk hati yang terdalam aku sangat berharap aku tidak diterima, tapi aku selalu menunjukkan kepada kedua orang tuaku kalau aku berusaha maksimal untuk lulus, kalau aku ingin lulus. Walaupun aku tahu dengan aku diterima sebagai PNS di Kementrian Keuangan artinya aku membunuh cita-citaku untuk menjadi dosen. Dilema.

Hasil yang ditunggu itupun datang juga, aku mulai mencari namaku di sekian banyak nama yang dinyatakan lulus. Dan yap, aku menemukan namaku. MERITA PAHLEVI, BADAN KEBIJAKAN FISKAL. Saat itu aku tidak bisa mendefinisikan perasaanku, sedih dan senang campur aduk. Aku hanya bisa pasrah dengan nasib. Mengetahui pengumuman itu aku langsung menghubungi Papa dan Mama. Papa Mama senang luar biasa mengetahui hasil itu. Cita-cita orang tua ku tercapai. Mendengar Papa dan Mama sangat senang, aku pun ikut senang. Walau bagaimanapun, aku bahagia bisa membahagiakan orang tuaku, keluargaku. Mereka yang sangat aku sayangi.

Begitulah akhirnya aku bisa sampai di sini, di BKF.  Aku merasa semua ini, aku bisa di sini berkat doa orang tuaku. Terlebih doa papa. Sekarang aku baru sadar kenapa Papa begitu berharap aku bisa lulus, setidaknya kalau aku jadi PNS hidupku sudah tenang, mapan. Ternyata papa ingin menitipkan mama dan adik-adikku padaku. Dan papa memang sembuh dari sakitnya setelah aku lulus, sembuh dari sakitnya untuk selamanya. Aku baru sadari itu semua.

I’ll do the best pa…

Breaking News>>> Tiap kali aku ingin mengikuti tahapan test pasti selalu ada masalah dikantorku.

Pertama, pada saat aku akan mengikuti test kemampuan dasar (tahapan test yang pertama), satu minggu sebelum test aku tiba-tiba mendapat tugas ke luar kota. Waktu itu aku ditugaskan audit ke Balikpapan (Kalimantan) selama tiga minggu ke depan. Aku langsung panic, karena kalau aku keluar kota, apalagi lintas pulau, tidak akan mungkin aku bisa mengikuti test. Akhirnya dengan modal nekat dan mempertaruhkan kinerja ku, aku nekat menolak untuk ditugaskan dengan alas an aku ingin mengikuti test. Hal ternekat yang aku lakukan, karena dengan begitu kinerja ku disana pasti akan sangat buruk karena belum pernah ada yang berani menolak penugasan. Dan aku melakukannya, yang hanya seorang junior auditor yang belum punya kekuatan apa-apa. Aku lapor ke senior ku tentang aku ingin mengikuti test. Tapi memang keberuntungan masih berpihak padaku, ternyata aku mendapat senior yang baik, dia malah menyarankan untuk berbohong pada manager mengenai alasanku menolak ditugaskan agar aku tidak di noted. Kebohongan pun berhasil dengan konsekwensi aku harus mencari orang yang bisa menggantikan aku. Dengan sedikit bolak balik akhirnya aku dapat teman yang bisa menggantikanku. Done.

Kedua, saat akan mengikuti psikotest, aku sedang dalam engagement audit salah satu klienku. Saat itu deadline sedang benar-benar ketat. Deadline untuk interim period hanya tinggal dua hari lagi. Lucunya lagi, dalam tim ku tersebut ada dua orang yang akan mengikuti psikotest di Kemenkeu, aku dan temanku.  Aku bingung bagaimana harus meminta izin. Di tengah-tengah pekerjaan yang padat dan mendesak rasanya tidak mungkin aku izin sakit. Terlebih lagi izin sakit ku akan sangat mencurigakan karena aku terlihat baik-baik saja dan akan ada dua orang yang izin sakit bersamaan. Aneh… Akhirnya kami nekat untuk jujur pada senior ku, kalau aku izin besok untuk mengikuti test. Senior ku pun mengizinkan kami. Keesokan harinya aku masuk kantor sudah disambut dengan panggilan dari managerku untuk meeting d kantor pagi itu. Dengan tenang aku mengikuti meeting. Tapi sebelum manager ku memulai meeting dia malah bertanya “lo udah sembuh lev?”. Wew…emang aku sakit? Aku baru sadar kalau ternyata senior ku bilang ke manager kalau aku tidak masuk karena sakit. Alasannya ga enak kalo jujur bilang mau ikut test. Syukurlah.

Ketiga,  saat akan mengikuti test tahap akhir kesehatan kebugaran dan interview, di hari yang bersamaan dengan test tersebut berlangsung aku mendapatkan panggilan interview dari perusahaan swasta tersebut. Hmm, aku pun galau. Aku merasa ingin meninggalkan test kesehatan demi interview di perusahaan itu. I think that my dream will come true, kenapa harus gagal karena pekerjaan yang tidak aku inginkan (PNS). Namun kakak ku menyarankan untuk meminta izin pada perusahaan tersebut untuk menunda pelaksanaan interview. Dan tebak apa hasilnya? Perusahaan tersebut menerima izinku dan mengatakan akan mencari waktu lain untuk interview.Beberapa hari setelah penundaan itu, aku dihubungi oleh pihak perusahaan tersebut untuk mengikuti interview pada tanggal 13 November 2012. Ingat tanggal 13 November hari apa? Hari itu adalah pengumuman terkakhir kelulusan di Kementrian Keuangan. Aku benar-benar tidak mengerti, rencana seperti apa ini yang sudah diatur tuhan untukku, begitu kebetulan seperti ini. Setelah berpikir panjang dan meminta saran dari papa mama serta kakakku, aku pun membuat sebuah keputusan yang besar. Jika hari itu aku diterima di Kementrian Keuangan, aku akan ambil kesempatan itu dan artinya aku akan mengorbankan mimpiku, membatalkan test interview di perusahaan impianku hari itu.Namun jika aku gagal, aku akan mengikuti interview di perusahaan itu, artinya aku mempunyai peluang sedikit melangkah menggapai mimpi.

Di saat inilah takdir berkata, manusia hanya bisa berencana, namun Tuhanlah yang menentukan. Sekarang aku berada di tempat yang seharusnya aku berada. Aku bersyukur.

Ditulisan selanjutnya aku akan mencoba berbagi pengalaman saat mengikuti test Kementrian Keuangan setiap tahapannya.

Cheers, 

Cerita tentang Sebuah Mimpi (Part 1)

BKF go…BKF go…BKF go…Yes…

BKF go…BKF go..BKF go..Yes Yes Untukmu….(irama lagu Aitakata AKB 48)

Begitulah bait pertama yel-yel BKF yang rencananya akan kami nyanyikan di depan Pak Sekretaris BKF pada waktu perkenalan. Dan hingga saat ini yel-yel itu hanya jadi nyanyian kamar mandi (sedikit lebay..:p) karena kami tidak jadi bertemu Pak Sekretaris disebabkan oleh kesibukan beliau, hingga  akhirnya Pak sekretaris dipindahtugaskan menjadi staff ahli menteri. Artinya.. kami tidak akan pernah menyanyikan yel-yel itu. Done!

Disinilah aku saat ini. Di sebuah unit yang diberi mana Badan Kebijakan Fiskal yang sehari-hari kami singkat BKF. Pilihan hidup, jalan Tuhan, dan restu orang tua menggiringku untuk menjadi abdi negara di salah satu Kementrian Negara yang mempunyai peran yang strategis dalam pengelolaan keuangan negara, Kementrian Keuangan Republik Indonesia.

Perjalanan hingga aku bisa berlabuh di sini juga bukan perjalanan yang mudah dan singkat. Aku menempuh perjalanan yang panjang dan berliku, berbagai konflik dan masalah lain menghadang, baik konflik dengan diri sendiri ataupun orang lain. Dan alhamdulillah jalan yang sulit itu akhirnya bisa aku lalui berkat kerja keras dan doa.

Beginilah awal kisahnya…

Berawal dari cerita kakak sepupu yang sudah bekerja di Kementerian Keuangan. Saat itu aku masih bekerja di salah satu perusahaan swasta. Kakak ku pernah bilang, “kalau untuk cewek sebaiknya ga usah kerja di swasta, terlalu capek dan berat. Lebih baik jadi PNS, cocoklah untuk cewek. Kerjanya ga terlalu berat. Tapi sebaiknya di tempak kakak aja, penghasilannya udah cukup bagus. Nanti kalo ada informasi penerimaan CPNS kakak kasih tau”. Kakak ku juga bercerita banyak mengenai instansi tempatnya bekerja.

Sebenarnya aku juga tidak berniat selamanya bekerja di swasta, karena sebagai seorang wanita aku sadar aku masih punya tugas lain yang lebih penting yaitu aku kan menjadi seorang istri dan seorang ibu. Aku juga ingin mencari pekerjaan yang lebih stabil baik dari sisi ritme pekerjaan dan jam kerja. Dimana di tengah-tengah pekerjaan ku aku masih mempunyai waktu yang cukup untuk mengurus keluargaku. Ya satu-satunya pekerjaan yang terpikirkan oleh ku adalah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tapi ada syaratnya, aku ingin bekerja dengan profesional, bukan terjebak dalam birokrasi pemerintahan karena aku merasa jika bekerja di birokasi aku tidak akan sanggup dengan aturan yang ketat, gap antara atasan dan bawahan, politik dalam pekerjaan. I’m not that kind of person.

Lalu pekerjaan seperti apa yang aku inginkan?

Dari dulu aku bercita-cita menjadi dosen. Dengan menjadi dosen aku akan bisa bekerja dengan profesional berdasarkan fungsi ku. Aku seorang dosen dan tugas utamaku adalah mengajar. Aku pikir aku tidak akan terlibat dalam birokrasi kampus, dan akupun tidak berencana untuk terlibat di dalamnya. Fungsi ku mengajar, dan cukup!

Namun sebelum menjadi dosen aku memang bercita-cita untuk bekerja beberapa tahun di swasta. Rencananya aku akan bekerja sambil melanjutkan pendidikan ke S2 karena syarat menjadi dosen mutlak harus S2.  Dari awal aku kuliah di Jurusan Akuntansi, dan setelah mengenal lebih dalam tentang profesi seorang akuntan, aku sudah bercita-cita ingin menjadi auditor. Dan tidak tanggung-tanggung aku ingin bekerja di Kantor Akuntan Publik terbesar di dunia. Target ku PricewterhouseCoopers (PwC). Berkat keinginan yang besar dan usaha serta doa yang maksimal aku bisa mewujudkan yang aku cita-citakan. Dan, horeeee….akhirnya aku diterima. Senangnya luar biasa…

Tetapi kenyataan tidak lah semulus yang sudah direncanakan. Setiap orang boleh punya mimpi, namun semua mimpi itu belum tentu bisa terwujud. Karena Tuhan itu adil, memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Bisa saja yang kita inginkan itu tidak selalu kita butuhkan.

Setelah berkecimpung di dunia auditor, aku sadar kalau kemungkinan ku untuk melanjutkan pendidikan kecil sekali bahkan hampir tidak ada. Pekerjaan yang sibuk dan ketat membuatku tidak mungkin mempunyai waktu untuk kuliah, bahkan sabtu minggu sekalipun. Tapi aku tidak kehabisan akal, masih banyak cara. Pikirku.

Aku pun mulai mencari pekerjaan lain yang memungkinkan aku untuk bekerja sambil kuliah. Mungkin ada yang bertanya-tanya, kenapa harus kerja sambil kuliah? Kenapa tidak fokus untuk kuliah? Alasannya yang pertama, aku sudah berjanji pada orang tuaku kalo mereka hanya akan membiayai aku cukup sebatas aku menjadi sarjana. Selanjutnya kalau aku ingin melanjutkan pendidikan, aku akan berusaha sendiri untuk mendapatkan biayanya. Entah itu beasiswa atau dari penghasilan ku selama bekerja. Alasan yang kedua adalah karena orang tuaku dengan kondisi saat ini tidak dalam kapasitas bisa membiayai uang kuliah ku karena aku masih punya empat orang adik yang masih butuh biaya besar untuk pendidikan.

Mungkin ada yang bertanya lagi, kenapa ga mau pake beasiswa? Nah cara itu pun sudah pernah aku coba. Aku mulai searching di internet tentang semua beasiswa yang memungkinkan untukku, namun hasilnya nihil. Mungkin belum rezeki, karena persyaratan untuk memperoleh beasiswa sulit untuk aku dapatkan.

Tapi aku masih keras ingin kuliah, akhirnya aku memutuskan untuk kuliah tahun 2012 yang lalu. Apapun yang terjadi, ntah aku punya waktu atau tidak untuk kuliah, aku nekat untuk kuliah tahun itu. Rencananya aku akan ambil kelas malam agar bisa kuliah sambil kerja. Nekat sekali memang, karena dengan pekerjaan sebagai auditor teman-temanku bilang itu tidak mungkin. Tapi aku tetap mencoba, aku pikir pasti nanti bisa diakali. Untuk biaya awal perkuliahan aku masih berbekal tabunganku selama bekerja. Akhirnya mendaftar untuk mengikuti test masuk di Universitas Indonesia. Hasilnya bagus, aku diterima sebagai mahasiswa di sana.

Masalah muncul lagi saat itu, perkiraanku meleset. Walaupun aku sudah mendaftar untuk perkuliahan di kelas malam, ternyata aku malah ditransfer ke kelas pagi. Pihak universitas beralasan kalau yang diterima di kelas malam kuotanya tidak mencukupi, jadi semua mahasiswa kelas malam akan ditransfer di kelas pagi.

Apa yang terjadi selanjutnya??…. Tunggu kelanjutan kisahnya…:)

Keep reading….

Kecilku

Nah foto-foto di bawah ini foto kecilku,

Foto yang pertama, foto saat aku kelas dua SD, dan adikku Oza masih TK. Foto itu d ambil di rumah wak (kakak Papa yang tertua) di Lampung. Kami kesana dalam rangka menghadiri pernikahan ayuk Elli, kakak sepupuku. Lucuuu…:)

Foto yang kedua ini, foto saat aku TK..How cute..haha

195980_1756553672518_3838927_n196444_1756557312609_4868611_n

Begawe dimano Dek?Orang Palembang yo?

First Case

Sore itu, beberapa hari yang lalu, seperti biasa pulang kantor aku menaiki angkot 01 yang mengatarkan aku ke kosan ku. Saat menaiki angkot, disana ada seorang lelaki kira-kira umur 30an yang duduk tepat disamping pintu masuk mobil. Selama diperjalanan aku merasa dia memperhatikan aku. Cuekin aja!

Hingga akhirnya aku pun sampai ke tujuan, dan ternyata laki-laki itu juga turun saat itu. Setelah turun tiba-tiba dia menyapa ku “Begawe dimano dek? Orang Palembang yo?”. Dengan pede nya laki-laki itu langsung bertanya dalam bahasa Pelembang. Aku kaget mendengarnya. Nih orang tau darimana?pikirku. Aku langsung menjawab “Di kementrian keuangan Pak, Bapak tau darimana saya orang Palembang?”Selidikku. Dengan santai dia menjawab “Dari wajahnya keliatan, saya juga dari Palembang”

Second Case

Pernah ada lagi kejadian yang serupa tapi tak sama. Waktu itu aku baru pindah ke kos baruku dan  berkenalan dengan teman yang kamarrya tepat di depan kamarku. Aku memperkenalkan diri aku asal Padang, dan ternyata Mbak Dian (teman baruku itu) asal Palembang. Mendengar dia berasal dari Palembang dengan spontan aku langsung menanggapi dan bilang “Papa ku juga orang Palembang Mbak”. Sambil tersenyum Mbak Dian menjawab “Pantes, aku tadi ga yakin kamu orang Padang, karena dari mukanya keliatan kalo orang Palembang, satu kampung kita.hehe”

Dari kedua kejadian itu aku jadi tertawa sendiri, segitu keliatannya kah dari wajahku?. Tapi sebenarnya aku bangga, artinya aku mirip Papaku. Aku bangga diwarisi wajah ini, my father’s face. Jadi biar aku merasa kalau Papa akan selalu dekat denganku. Aku bangga bisa dikenali sebagai orang Sumatera Selatan, Kabupaten Lahat, Pagaralam, tepatnya Dusun Pandan Arang Ilir. Disanalah Papaku dilahirkan.

Look at the picture below?

Can you see the different or similarity? 🙂

Ayuk dan Papa

I hope U know!!

Aku hanya bisa menarik nafas panjang saat aku mengingatmu dan semua cerita tentang kita. Kadang aku berpikir mungkinkah aku salah dulu telah memulai hubungan itu denganmu. Mugkinkah aku salah telah menyayangimu dengan begitu besarnya. Mugkinkah aku salah telah menerimamu, meninggalkanmu, dan ditinggalkan olehmu. Mungkinkah aku salah disaat aku tidak bisa menerima keputusanmu. Mungkinkah aku salah karena semua sikapku yang tidak bisa kamu terima. Mungkinkah aku salah jika aku tidak bisa menjadi seperti yang kamu inginkan. Mungkinkah aku salah aku tidak bisa menerima semua kekuranganmu. Mungkinkah aku salah disaat kita berselisih paham aku tidak bisa mengalah. Mungkinkah aku salah karena selalu memaafkanmu. Mungkinkah aku salah jika aku tak sempurna. Dan mungkinkah aku salah……………….

Begitu banyak kemungkinan salah yang terpikirkan olehku. Namun semua kemungkinan salah itu hanya bersumber dari satu hal, kita telah lama memulainya. Saat itu aku hanya bisa menarik nafas panjang untuk sedikit melegakan sesak dihatiku. Kadang aku tersenyum sendiri mengingatmu, dan kadang aku menangis terisak menyadari semuanya.

Aku pun tidak bisa memberi arti dari semua itu. Benar atau salah? Entahlah. Aku tidak akan pernah menyesali pertemuan kita. Karena aku yakin, ada suatu rahasia yang belum terungkap dibalik pertemuan dan proses panjang ini.

Harapanku padamu, semoga kamu menyadari semuanya, semua kisah dari awal pertemuan kita hingga saat ini, semua salah dan benar yang selama ini kita perdebatkan. Semoga kamu mengerti. Tidak ada manusia yang sempurna, yang ada bagaimana kita mencintai dengan sempurna.

Tak perlu seseorang yang sempurna, cukup temukan orang yang selalu membuatmu bahagia dan membuatmu berarti lebih dari siapapun”. – BJ Habibie

 

Cheers,

Se7en…It’s All About Us.. Memory di Kampus Power Ranger..:D (Part 2)

Apaaaa???Aku telat..

Aku langsung mengambil handuk dan bergegas menuju kamar mandi. Lima menit kemudian aku sudah siap untuk berangkat ke kampus. Hari ini adalah hari kuliah pertamaku di kampus hijau itu. Tadi malam aku sudah mempersiapkan semuanya, dari baju yang akan aku kenakan hingga buku dan alat-alat tulis untuk besok harinya. Aku ingin semuanya sempurna menyambut fase baru sebagai ‘mahasiswa’. Karena terlalu asyik memikirkan hari baruku, aku jadi susah tidur malam itu dan hasilnya pagi ini aku kesiangan.Huft.

Dengan setengah berlari aku bergegas keluar untuk menunggu angkot “lurus” yang selama empat tahun kedepan akan setia mengantarkan aku menuntut ilmu. Tidak lama angkot itu pun menjemputku dan go.. Angkotpun berhenti di pemberhentian terakhir di kawasan yang terkenal dengan Pasar Baru. Pasar Baru  ini adalah tempat bus-bus kampusku menjemput mahasiswa yang ingin berangkat kuliah. Kampusku ini berada di atas bukit, di daerah Limau Manih (kami sering plesetkan dengan panggilan Jerman”Jeruk Manis”, limau artinya jeruk dan manih berarti manis dalam bahasa Indonesia, maksa ya…) jadi untuk menjangkau kampus, kami harus menggunakan bus kampus yang telah disediakan pihak universitas untuk transportasi mahasiswa. Kami pun diwajibkan membayar uang transportasi bus kampus tiap semesternya. Bagi yang tidak ingin menggunakan bus kampus bisa menggunakan kendaraan pribadi atau angkot lurus yang memperpanjang trayeknya hingga ke kampus.

Pagi itu halte Pasar Baru sudah ramai oleh mahasiswa yang antri jemputan bus kampus. Aku mulai gelisah. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.15, lima belas menit lagi perkuliahan akan dimulai sementara antrian panjang ini akan memperlambat perjalananku ke kampus tapi tidak ada pilihan lain. Setelah mengantri beberapa menit akhirnya aku berada di dalam bus kampus yang sudah sesak dengan mahasiswa. Aku berdiri didekat pintu. Bus pun mulai melaju mengantarkan kami.

Aku turun di gedung kuliah bersama, gedung B. Aku berlari dari tempat bus berhenti hingga ke ruanganku. Dan yap, aku telat. Sesampainya dikelas dosen Pengantar Ekonomi Makro pun sudah memulai perkuliahan. Dengan perasaan cemas aku izin memasuki ruangan.

“Selamat pagi Pak, maaf saya terlambat”sapaku dengan gugup. Semua mata dikelas itu melihat ke arahku.

“Ya silahkan”, jawab dosenku dengan santai.

Huh, syukurlah aku tidak dimarahi. Batinku. Aku kira sama seperti masa SMA ku dulu, kalau terlambat kena hukuman ini dan itu. Aku baru sadar, sekarang aku sudah mahasiswa. :D.

Mata kuliah pagi itu pun berakhir. Selama perkuliahan berlangsung, aku sempat berkenalan dengan teman-teman sekelasku yang duduk di barisan yang sama denganku. Sekarang aku sudah mulai kenal beberapa, mahasiswa akuntansi angkatan 2007 BP genap. Teman-teman yang akan berjuang bersama mulai hari ini hingga gelar sarjana itu kami dapatkan.

Aku berjalan keluar ruangan menunggu perkuliahan selanjutnya. Mataku mengitari seluruh ruangan mencari Feni, teman baruku yang aku temui saat Bakti (masa orientasi mahasiswa baru di kampusku kami kenal dengan masa BAKTI) minggu lalu. Dan aku menemukan Feni sedang bersama teman-temannya di luar ruangan.

“Hi Feni”teriakku sambil berjalan ke arah mereka.

Öh Levi, tadi kenapa telat? O iya kenalin teman-teman aku. Mereka memperkenalkan diri satu per satu. Pertama Nola Devita, ternyata dia adalah teman satu SMA Feni, teman Bimbel, dan sekarang teman roomate. Anak selanjutnya Apri Yola dan Atika Handayani, mereka berdua juga teman satu SMA, dari Solok.  Beberapa saat setelah perkenalan singkat pagi itu, aku berkenalan dengan dua anak BP Genap yang lain, teman sekelasku, Putri dan Dian. Siapa mereka? Putri Muliani, Putri berasal dari Kota Padang, lahir dan besar di Padang. So here her village. Dian Fitriana Sari, satu kampung dengan Feni dan Nola tapi beda SMA.

Teman-teman baruku itu ramah sekali dalam perkenalan dan perbincangan kami pagi itu. Hanya aku yang asing disana, aku berasal dari propinsi yang berbeda. Mereka semua orang minang asli, Sumatera Barat. Tapi mereka  teman-teman yang welcome dengan perbedaan dan kami pun bisa menyesuaikan diri dengan cepat. Yang pasti ke enam teman baruku itu berkerudung rapi dan terlihat begitu anggun. And hey, look at me. I’m the only one among us without veil. Pity… Aku menemukan teman makan siang di hari pertamaku itu. Menyenangkan..:D

Disanalah persahabatan kami bermula. Sejak saat itu kami jadi sering bersama-sama, teman berajar, teman bermain, teman tertawa, teman menangis, teman galau, teman ke pasar, teman makan, teman teman teman teman.  Ya, kami memang beragam, tapi aku bisa bilang kami pun seragam.

Beragam karena kami mempunyai keunikan sendiri, sifat yang berbeda, cara yang berbeda, budaya yang berbedam latar belakang yang berbeda. Tapi justru perbedaan itu yang membuat kami lengkap. Dan aku bilang seragam karena ada satu kesamaan yang membuat kami cocok. Apa itu? Hanya hati kami masing-masing lah yang bisa menjawabnya.

Begitulah awal dari kisah tujuh orang remaja beranjak dewasa yang menamakan diri mereka Se7en. Masih jaman ya genk-genk an..hehe. Tapi menurutku justru disana seninya. Kami tidak menutup diri untuk teman-teman yang lain. Tapi setidaknya kami punya tempat berbagi yang setia dalam kondisi apapun.  Dan aku bangga punya kalian “Sahabat”.

To be continued………….   

Se7en…..It’s All About Us..Memory di Kampus Power Ranger…:D (Part 1)

Tidak terasa teman, persahabatan ini sudah dimulai sejak 5,5 tahun yang lalu dan masih bertahan hingga saat ini. Masih ingat saat itu aku masih bingung dengan lingkungan baruku, dan disanalah kita bertemu. “Duduk disini aja?”, ucap salah seorang anak berbaju biru yang duduk di deretan kursi tengah di Auditorium kampus yang biasa kami sebut “Markas Power Ranger” itu. “Oh, terimakasih” Balasku dengan senyum manis sambil duduk disampingnya.

“Kenalin, aku Feni”, anak itu memulai pembicaraan. “Akuntansi ya?”lanjutnya. Dalam hati aku berkata Helloooo,,ya iyalah..ga liat apa aku juga pake baju biru…hehe#piss fen…yang ini rekayasa…haha

“Aku Levi, iya Akuntansi juga”Jawabku.

“Genap, Ganjil”, tanyanya lagi.

Aku sempat berpikir beberapa detik mencerna pertanyaannya. Genap, ganjil?maksudnya?

“No BP levi berapa, BP genap apa BP Ganjil?” lanjutnya karena melihat ekspresiku yang kebingungan.

“Ooh, nomor  BP, aku BP genap..060…”jawabku setelah berpikir lama. BP itu singkatan dari Buku Pokok, sama seperti Nomor Induk Mahasiswa. Di kampusku kami kenal dengan nomor BP.

“Waah sama donk. Aku juga BP genap. Berarti kita satu kelas” Sambutnya dengan antusias. Kami pun akhirnya bercerita panjang dari perkenalan pribadi, kampus, jurusan hingga kos-kosan.

Setelah bercerita panjang lebar akhirnya aku tahu banyak tentang gadis manis berkerudung putih yang menjadi teman baruku itu. Namanya Feni Lizarti, BP 07153100, nomor cantik kan? asal Bukittinggi. Asal punya usul ternyata kami satu tempat Bimbel (Bimbingan Belajar) di GAMA D di gedung LBA LIA Khatib yang saat ini sudah hancur karena gempa Sumbar 2009 lalu. Dunia ini sempit ya…

Feni orangnya tidak banyak bicara, umurnya lebih muda dariku namun aku merasa dia seringkali berpikir lebih dewasa. Ah feni, aku ga terima..he. Dia bilang, aku motivator yang baik baginya. Ya walaupun susah dibedakan sebenarnya itu memotivasi atau memaksa. Tapi apapun itu, tapi aku sedikit banyak berhasil mempengaruhi hidupmu Fen. Hoho… Terbukti!!

Feni teman yang baik, dia tidak segan-segan menasihatiku kalau aku salah. Maklum sikap dan kebiasaanku banyak yang tidak sesuai dengan budaya minang. Aku pun sebaliknya, sebagai teman aku pasti akan selalu bilang kalau ada temanku yang salah, atau sikapnya yang tidak aku suka. Mungkin aku orangnya terlalu terus terang, but trust me it works. Dengan begitu tidak akan ada salah paham karena kami saling terbuka satu sama lain. Tapi aku sadar kok Fen, kalo feni sering tersinggung sama kata-kata aku, tapi aku tetep ga berubah.hehe..#keras kepala ya. But thanks for being my friend, thanks for understanding me with all my flaw. Terimakasih mau menjadi temanku hingga saat ini.

To be continued……….