Orang hidup, ya berubah

Malam itu, again and again aku dan Feni kembali menikmati angin malam Jakarta yang tidaklah terlalu menyesakkan jika dibandingkan saat matahari terbit. Yah, waktunya meregangkan otot-otot yang kaku.

Malam itu kami habiskan untuk sekedar duduk santai sambil menikmati secangkir es capucino dan the hangat di salah satu tempat nongkrong di atap sebuah gedung di salah satu sudut Jakarta. Dimana dari sana kami dapat menikmati angin malam sampe masuk angin dan indahnya Jakarta yang penuh dengan gemerlap cahaya lampu kota, kendaraan, gedung serta tak kalah indahnya bintang pun turut serta memeriahkan malam itu.

Obrolan malam itu tak lepas dari cerita tentang unek-unek selama seminggu ini yang membuat otak dan badan penat. Dari cerita tentang pekerjaan, kami pun tak kalah hebohnya dengan para politikus dan ekonom yang berdebat tentang kesejahteraan masyarakat. Berpikir ala ekonom pun menghabiskan waktu yang cukup lama, hingga akhirnya menganalisis otaknya para politkus.  What kind of person ya Fen?haha..  Kami menjadi anak muda yang sok tau tentang caranya mengurus Negara yang besar ini. Seolah-olah masalah Negara ini dapat terselesaikan dalam pembicaraan satu malam. Setelah melalui diskusi yang alot kami pun menyadari bahwa masalah Negara ini sudah begitu kompleks. Kami menyimpulkan bahwa butuh waktu berpuluh-puluh tahun untuk menyelesaikan semua permasalahan yang ada. Setelah memperoleh kesimpulan yang menurut kami sangat bijak itu, kami pun hanya bisa tertawa menyadari tingkah konyol dan sok tau itu.

Puas menganalisis ekonomi dan politik, pembicaraan yang random itu pun beralih ke cerita tentang kehidupan. Kami mulai bernostalgia tentang pertemuan kami saat kuliah dulu, tentang persahabatan, cita dan cinta. Malam itu Feni jadi orang yang jujur pokoknya. Kami masing-masing saling memberikan komentar tentang satu sama lain. Dari pengakuan Feni aku sadar, dulu aku orangnya seperti apa..hahay… Sebenarnya sekarang pun masih seperti itu, :p but with little bit changes. Not bad lah…p

Aku jadi sadar bagaimana menderitanya menjadi temanku. Berdasarkan pengakuan Feni, aku itu dulu orangnya paling ditakuti waktu marah. Selalu cepat marah dan kesal kalau semua yang aku inginkan tidak bisa berjalan sesuai rencana ataupun tidak bisa diwujudkan. Jadi demi menjaga perasaanku mereka selalu berhati-hati agar tidak membuatku marah atau kesal. Katanya aku jadi mengerikan kalo lagi marah. What a pity,, Aku juga orangnya terlalu bersemangat, over spirit malah. Aktif, ga bisa diem. Mungkin itu karena kebawa kebiasaan waktu SMA dulu. Jadi di kampus pun aku ingin aktualisasi diri. Aku ingin mengikuti semua kegiatan di kampus. Pantang pulang sebelum malam. Itu prinsipku. Tapi sikap ku itu justru menjadi eksternalisasi yang baik buat teman-temanku. Mereka jadi ketularan semangatku.hehe. Aku juga orang yang bisa dibilang tidak sabaran. Hmm….(mengasihani diri sendiri)

Itu hanya sekilas tentang siapa aku dan bagaiamana aku dulu, kini, dan mungkin nanti.  Tapi ada beberapa hal yang aku sadari saat ini. Mendengar keluhannya, mungkin tepatnya bukan keluhan, hanya nostalgia aku saat ini tidaklah seperti yang dia ceritakan. Mungkin tidak kontras, namun aku saat ini sedikit banyak berubah. Dan perubahan itu sangat-sangat aku sadari merubah hidupku juga. Aku tidak tahu apakah ini perubahan yang baik atau buruk . Justru memberikan pengaruh positif atau negative terhadap kehidupanku sekarang ataupun nanti. Berdasarkan analisis buku kepribadian waktu dulu aku mencoba mengikuti testnya, menurut buku itu aku adalah tipe orang yang Koleris. Waktu pun berjalan, aku kembali mengikuti test itu, dan wow hasilnya pun berubah. Aku koleris melankolis. Saat ini kalau aku mencoba lagi mungkin hasilnya sudah sangat berubah, bisa jadi sifat koleris ku hilang dan menjadi plegmatis. May be. Yes or No…

Contoh, dari orang yang sangat optimis, menjadi orang yang sedikit optimis tapi bukan pesimis. Dari yang sangat meledak-ledak dan tidak sabaran menjadi sedikit sabar. Hingga saat ini pun aku masih berusaha untuk belajar masalah yang satu ini, sabar. Dulu aku sangat suka mendebat hingga tuntas orang yang pemikirannya tidak sama dengan ku. Tapi sekarang aku sadar, perbedaan itu tidaklah buruk. Banyak hal yang dapat dipelajari dari perbedaan yang ada. Aku juga sadar bahwa tidak selamanya yang menurutku benar itu benar, mungkin saja orang lain itu benar. Aku saat ini lebih melihat suatu permasalahan itu dari berbagai sisi. Berusaha memposisikan diri menjadi orang lain. Aku masih dalam proses belajar.

Pertanyaannya, mengapa aku berubah? Sebenarnya apa yang terjadi hingga aku pun berubah? Atau menyadari banyak hal yang tidak aku sadari?

I just say thanks to him, someone who gave the lesson of life. Aku sadar, kenapa kita dipertemukan, karena Tuhan ingin menunjukkan aku bagaimana hidup dan menjalani kehidupan.

Mendengar itu, Feni hanya bisa tersenyum simpul. “Aku setuju Vi”, ungkapnya

5 thoughts on “Orang hidup, ya berubah

  1. it’s good to change… be somebody better…
    and it’s right when u said “itu bukan keluhan…”
    memang vi, memang bukan keluhan.
    kalau keluhan, bagaimana mungkin aku mengatakannya dengan tertawa…
    and once again, you’re right, when u said “hanya nostalgia”

    U’re wise!!
    See… you’re totally changed…
    hehehe…

    never regret all of the things happened… there’s always the lessons inside them….

    dan jika kamu jadi lebih sabar dan calm… aku sepertinya harus sebaliknya…. 😀

    • I miss u fen, I miss all the moment with u, all of our random thought, all of our sharing session. I hope, you success in your life, hope we meet again sometime, somewhere ( see u in england :P) I hope so…

      • miss u a lot…
        miss a person like u..
        miss u much..
        :-*
        see u in england 😛
        i hope so either…

Leave a comment